Minggu, 24 April 2011

PEREKONOMIAN INDONESIA

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta karena berkat rahmat hidayah-Nya  saya dapat menyusun paper Perekonomian Indonesia.
Perlu diketahui bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang memenuhi kebutuhanya dengan sumber daya yang terbatas yang dipergunakan secara optimal. . Keberadaan ilmu ekonomi memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Paper ini menjelaskan tentang masalah inflasi yang ditandai dengan meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok saat menjelang Hari Raya Idul Fitri
Saya menyadari bahwa keterbatasan kemampuan yang saya miliki menjadi suatu kekurangan dalam penyusunan paper ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusunan paper ini.
Demikian kata pengantar dari saya semoga paper ini bermanfaat bagi para pembacanya khususnya bagi saya sendiri.
Penulis





BAB I
LATAR BELAKANG

Bagi sebagian besar anggota masyarakat inflasi adalah sesuatu yang sering kita hadapi. Ketika kita ke pasar dan merasakan kenaikan harga kemarin dan hari ini, maka itulah yang disebut inflasi. Kita juga menyadari kehadiran inflasi pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri dimana harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan dari biasanya.
Pada masa orde baru kemajuan ekonomi yang berhasil dicapai oleh pemerintah adalah dapat menekan laju inflasi sebesar 650%. Namun pada era 1990-an akhir, Indonesia menghadapi kondisi perkonomian yang cukup pelik. Situasi ini ditujukan oleh nilai mata uang dalam negeri yang merosot, nilai ekspor yang menurun, dan melonjaknya harga barang-barang yang langsung di rasakan masyarakat.
Latar belakang gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 dikarenakan harga kebutuhan pokok (sembako) yang melejit tinggi. Keadaan ekonomi pada masa itu amat buruk salah satu penyebabnya yaitu terjadinya inflasi yang sangat tinggi karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali.
Akan tetapi pada tiga tahun terakhir ini tingkat inflasi di Indonesia tergolong ringan karena masih di bawah 10% setahun. Mungkin bagi golongan masyarakat mampu efek terjadinya inflasi ini tidak menjadi masalah, tetapi bagi masyarakat miskin ini merupakan masalah yang berat, apalagi jika terjadi kenaikan harga sembako.
Tingkat inflasi juga cenderung naik pada saat menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Naiknya harga kebutuhan pokok ini merupakan masalah yang cukup sulit karena sudah menjadi tradisi jika pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri masyarakat mengeluhkan harga-harga sembako yang melejit tinggi dibandingkan biasanya. Maka dari itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju inflasi agar tidak terus-menerus meningkat setiap tahunnya terutama pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.








BAB II
MASALAH DAN LANDASAN TEORI

  • Masalah
Dari uraian di atas timbul masalah mengenai inflasi :
Mengapa pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri harga kebutuhan pokok cenderung naik?
  • Landasan Teori
Teori Inflasi Klasik
Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka cara mengatasinya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit.
Teori Keynes
Inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya (secara ekonomis). Terjadi perebutan rezeki antar kelompok sosial yang mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia dan menimbulkan celah inflasi atau inflationary gap. Permintaan yang meningkat menyebabkan harga barang naik dan terjadi inflasi.






BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

a.       Kenaikan Harga Saat Menjelang Hari Raya Idul Fitri
Memang sudah menjadi tradisi jika setiap menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri selalu diikuti dengan kenaikan harga-harga pokok. Kenaikan harga juga sering disebabkan oleh pelaku pasar. Tidak sedikit pelaku pasar yang menjadikan kondisi banyaknya permintaan atas kebutuhan pokok sebagai kesempatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dan akhirnya rakyat miskin yang menjadi korbannya. Namun meskipun setiap menjelang hari raya harga-harga mengalami kenaikan khususnya harga smbako, hal ini tidak menurunkan minat masyarakat untuk membeli barang tersebut. Berikut adalah tingkat inflasi sebelum Hari Raya Idul Fitri dan sesudah Hari Raya Idul Fitri :
  • Pada saat bulan Juli tingkat inflasi sebesar 6.22%.
  • Pada saat memasuki Bulan Ramdhan yang jatuh pada bulan Agustus meningkat menjadi 6.44%.
  • Pada saat Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan September tingkat inflasi menurun menjadi 5.80%.
  • Dan pada bulan Oktober tingkat inflasi menurun menjadi 5.67% (lihat selengkapnya pada lampiran).
Disini jelas terlihat bahwa tingkat inflasi mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada saat menjelang Bulan Ramadhan. Dikarenakan tingkat konsumsi masyarakat pada saat menjelang hari raya cenderung meningkat karena sebagian besar masyarakat muslim berbondong-bondong membeli segala keperluan untuk hari raya.. Salah satu produk yang banyak diburu adalah makanan dan pakaian. Penjualan kedua kelompok barang tersebut mencatat pertumbuhan tertinggi di setiap event hari raya. Terbukti bahwa penjualan produk makanan menjelang Idul Fitri tahun 2009 naik 5,2 persen (persen MoM) dari sebelumnya. Sedangkan petumbuhan penjualan pakaian mencapai 36,5 persen. Laporan bulanan Badan Pusat Statistik (BPS) tanggal 5 Agustus 2010 mencatat :
  • Kenaikan harga rata-rata beras (kualitas premium) sebesar Rp 8.037 per kilogram, naik 5,74 persen dibandingkan bulan Juni 2010.
  • Kenaikan harga cabe rawit pada Agustus 2010 juga sangat tinggi yaitu mencapai 34,29 persen, harga cabe merah naik 24,73 persen,
  • Harga daging ayam ras naik 11,28 persen, harga telur ayam ras naik 9,97 persen,
  • Dan harga gula pasir naik 1,37 persen.
Beberapa harga pangan juga mengalami kenaikan walaupun tidak terlalu signifikan. Kenaikan harga tersebut berhubungan dengan naiknya harga barang menjelang Idul Fitri.
Namun berdasarkan data diatas tingkat inflasi justru menurun setelah hari raya, ini menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia mulai stabil karena konsumsi masyarakat setelah hari raya mulai menurun, tidak terjadi lagi lonjakan permintaan yang meningkat tajam dari masyarakat sehingga permintaan dan penawaran pun menjadi stabil.
b.      Penyebab Kenaikan Harga Pada Saat Menjelang Hari Raya Idul Fitri
Pada dasarnya banyak faktor yang mengakibatkan kenaikan harga diantaranya :
- Permintaan
- Harga Pesaing
- Harga Bahan Baku
- Teknik Produksi
- Dan lain-lain.
Namun apakah faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga-harga pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri? Ini yang menjadi pertanyaan. Inflasi yang terjadi pada saat menjelang raya diduga kuat karena faktor permintaan. Didalam paper ini saya akan membahas bagaimana faktor permintaan mempengaruhi tingkat harga saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Faktor Permintaan
Inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat sering disebut dengan inflasi murni. Karena pada saat menjelang hari besar tersebut, kondisi perdagangan semakin bergairah. Promosi produk yang ditawarkan penjual mampu menarik perhatian konsumen. Dan tidak sedikit pusat perbelanjaan yang memberikan diskon hingga 75% hanya untuk menarik minat pembeli. Terutama pada malam takbiran sejumlah pusat perbelanjaan menggelar acara belanja tengah malam dengan iming-iming diskon besar-besaran. Sehingga konsumsi masyarakat pun kian meningkat.
Dari sini kita bisa lihat ada kenaikan tingkat konsumsi pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ini sesuai dengan Teori Keynes jika permintaan masyarakat terhadap barang-barang melebihi jumlah barang-barang yang tersedia akan menimbulkan celah inflasi atau inflationary gap.
Diskon besar pada periode terbatas terbukti efektif menarik pembeli. Dengan harga yang lebih murah, konsumen terdorong memanfaatkannya sebelum insentif potongan harga tersebut berakhir. Apalagi dengan adanya tunjangan hari raya (THR) ini memotivasi mereka untuk lebih berani menggunakan uangnya. Apabila setiap orang yang bekerja menerima THR maka jumlah uang beredar akan menigkat lebih cepat dari pada pertambahan barang, akibatnya nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Karena berdasarkan Teori Inflasi Klasik tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar.
Tingginya permintaan barang untuk kebutuhan hari raya berpengaruh besar pada pergerakan harga barang. Pola musiman yang sering terjadi adalah naiknya tekanan inflasi pada bulan menjelang Lebaran. Harga kelompok produk makanan cenderung naik lebih tinggi daripada produk nonmakanan. Dalam bulan Ramadhan dan saat Idul Fitri inflasi biasanya disebabkan oleh kenaikan permintaan barang khususnya beras, daging, telur, gula, minyak goreng, dan tepung terigu.
Jika semua masyarakat meningkatkan konsumsinya pada barang-barang tersebut, maka tidak heran jika setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri terjadi kenaikan harga karena adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Permintaan yang membubung tinggi sementara penyediaan barang mengalami kekurangan akan membuat harga barang tersebut menjadi naik dan timbulnya inflasi.
Ini berarti langkah pertama yang dapat digunakan untuk menekan tingkat inflasi yaitu mengurangi konsumsi masyarakat. Dan seharusnya masyarakat harus menyadari efek dari konsumsi yang berlebihan pada saat menjelang hari raya, namun pada kenyataannya masyarakat cenderung tidak peduli akan kenaikan haga saat menjelang Idul Fitri. Konsumsi masyarakat selalu meningkat saat menjelang hari raya dibandingkan hari-hari biasa. Hal ini yang menyebabkan permintaan akan suatu barang lebih besar dibandingkan penawaran barang, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran, dan akan menimbulkan inflasi.
c.       Upaya Pemerintah Untuk Mengatasi Kenaikan Harga Saat Menjelang Idul Fitri
Pemerintah terus berupaya melakukan langkah untuk menekan harga-harga kebutuhan pokok saat Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Namun tetap saja program-program ataupun upaya-upaya yang dilakukan pemerintah belum menunjukkan hasil yang maksimal. Tradisi kenaikan harga sembako saat menjelang Idul Fitri selalu saja terjadi.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Achmad Suryana menjelaskan mengenai upaya apa saja yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kenaikan harga sembako saat menjelang Idul Fitri diantaranya :
1.      Meminta para pengusaha swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan instansi terkait menyelenggarakan pasar murah sehingga harga-harga kebutuhan pokok bisa terjangkau konsumen, terutama masyarakat kurang mampu atau masyarakat miskin. Misalnya pasar murah daging sapi, daging ayam, telur, gula, minyak goreng, dan berbagai kebutuhan lainnya. Guna menahan laju kenaikan harga saat menjelang hari raya nanti.
2.      Adanya program Operasi Pasar (OP), sehingga pemerintah daerah dapat melakukan operasi pasar terutama operasi pasar untuk beras jika harga beras melonjak tinggi dan sangat memberatkan konsumen. Ini dilakukan dalam rangka  menangani pengendalian harga pangan pada Bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri.
3.      Mengimpor berbagai kebutuhan pokok dari negara lain.
4.      Memperbaiki sarana dan prasarana transportasi agar sistem produksi dan sistem distribusi pangan tidak terganggu sehingga pasokan akan kebutuhan pokok tidak mengalami pengurangan.
5.      Pembagian jatah beras miskin yang lebih awal, ini bertujuan untuk mengurangi beban penduduk miskin untuk membeli beras saat menjelang hari raya.
6.      Melakukan pengawasan yang intensif terhadap pergerakan harga-harga barang saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Pemerintah juga menghimbau konsumen agar membuat stok barang untuk keperluan setelah hari raya sehingga hal tersebut juga bisa menekan kenaikan harga setelah Idul Fitri. Karena sesudah hari raya biasanya harga-harga kebutuhan pokok akan melonjak. Hal itu terjadi karena para pedagang banyak yang sudah pulang ke kampung halamannya atau menutup usahanya. Sementara para petani sayur-mayur pada hari tersebut tidak melakukan panen karena masih merayakan Idul Fitri.





BAB IV
PENUTUP

  • Kesimpulan
Jadi kenaikan harga-harga yang terjadi pada saat menjelang Bulan Ramadhan dan Idul Fitri itu disebabkan karena konsumsi masyarakat yang meningkat tajam. Sehingga tingkat inflasi pada bulan tersebut pun mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga-harga menjelang hari raya adalah permintaan, karena tingginya permintaan barang untuk kebutuhan hari raya berpengaruh besar pada pergerakan harga barang. Jika semua masyarakat meningkatkan konsumsinya, maka tidak heran jika setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri terjadi kenaikan harga.
Permintaan yang membubung tinggi sementara penyediaan barang mengalami kekurangan akan membuat harga barang tersebut menjadi naik dan timbulnya inflasi. Ini sesuai dengan Teori Keynes jika permintaan masyarakat terhadap barang-barang melebihi jumlah barang-barang yang tersedia akan menimbulkan celah inflasi atau inflationary gap.
  • Saran
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masyarakat dan harus melindungi masyarakat dari inflasi. Karena inflasi dapat menurunkan daya beli masyarakat khususnya masyarakat miskin. Dengan terus menaiknya inflasi kesejahteraan masyarakat Indonesia pun kian berkurang. Apalagi saat menjelang Hari Raya Idul Fitri pemerintah harus turun tangan untuk mengatasi melonjaknya harga-harga sembako dengan memberikan subsidi terhadap harga-harga kebutuhan pokok tersebut.
Dan pada dasarnya kenaikan harga seperti ini seharusnya bisa diantisipasi karena keadaan ini telah berlangsung berulang-ulang disetiap tahunnya. Pemerintah seharusnya bisa mengambil berbagai langkah-langkah taktis dari kondisi ini. Seperti penyediaan stok kebutuhan pokok yang memadai sehingga meminimalisir adanya kenaikan harga barang yang dikarenakan kelangkaan barang di pasaran. Kontrol pemerintah khususnya dari Departemen Perdagangan atas harga kebutuhan pokok dipasaran menjadi langkah antisipasi yang sangat penting untuk mencegah hal ini terjadi.



LAMPIRAN

Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2010
Bulan TahunTingkat Inflasi
Februari 20116.84 %
Januari 20117.02 %
Desember 20106.96 %
November 20106.33 %
Oktober 20105.67 %
September 20105.80 %
Agustus 20106.44 %
Juli 20106.22 %
Juni 20105.05 %
Mei 20104.16 %
April 20103.91 %
Maret 20103.43 %
Februari 20103.81 %
Januari 20103.72 %






DAFTAR PUSTAKA

2. Wahyu, Adji dan Suwerli. Ekonomi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar